Menjadi Kartini Muda di Bumi Kartini

Menjadi kartini muda di bumi kartini
Monumen tiga tokoh perempuan Jepara di desa Ngabul Kecamatan Tahunan. Salah satu wujud pembangunan Kabupaten Jepara.(Sumber: metrojateng.com)

Namaku Ida. Satu dari sejuta lebih penduduk Jepara. Salah satu kabupaten yang terletak di ujung utara provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Sudah dua puluh tahun lebih aku tinggal di Jepara. Ya, aku lahir, sekolah, bahkan kuliah di kota yang berjuluk Bumi Kartini ini. Bukan tak ingin merasakan tinggal di kota lain, tapi.. rasanya aku sudah terlalu cinta dengan kota kelahiranku ini. hehe...

468 tahun sudah usia Jepara. Sebagai warga Jepara, aku sudah banyak merasakan pengaruh pembangunan yang dilakukan oleh pemerintahan Jepara. Mulai dari pembangunan sarana kesehatan (seperti Puskesmas dan rumah sakit), sarana pendidikan (seperti sekolah), infrastruktur umum (seperti jalan, jembatan, dan pasar), serta pembangunan fisik lainnya. Pembangunan tersebut tidak lepas dari yang namanya pajak.

Sebagai mahasiswa jurusan hukum, sedikit banyak saya juga mempelajari mengenai pajak. Di sana dijelaskan peran dan fungsi pajak bagi pembagunan. Baik itu pembangunan daerah maupun pembangunan nasional.

Pajak berperan penting dalam kemajuan sebuah negara. Khususnya dalam pembangunan. Ini karena pajak merupakan salah satu sektor pendapatan negara. Yang dengannya sistem perekonomian suatu negara dapat berputar dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi kita, sebagai warga negara yang baik, untuk selalu taat wajib pajak. 
  
Pada tingkatan daerah, baik pada tingkatan provinsi maupun kabupaten, pajak berfungsi sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Di Jepara sendiri, PAD yang berasal dari pajak daerah pada tahun 2014-2015 mencapai angka 60.707.167,21 Rupiah (Sumber: Jepara dalam Angka 2016). Dengan dana tersebut, dapat dimanfaatkan untuk membiayai pemerintahan, pembangunan, serta mendorong laju ekonomi Jepara.

Peran Kartini Muda dalam Pemabangunan


Yang tidak kalah penting dari suatu pembangunan, selain pembangunan fisik, juga pembangunan sosial serta SDM (Sumber Daya Manuasia) dari warganya. Termasuk di dalamnya adalah perempuan. 

Menjadi perempuan Jepara merupakan suatu kebanggan sekaligus tantangan. Kita patut berbangga karena Jepara mempunyai tiga tokoh perempuan yang sangat disegani akan jasa-jasanya, yakni; Ratu Shima, Ratu Kalinyamat, serta RA. Kartini. Namun di sisi lain kita juga mempunyai tanggung jawab untuk meneruskan perjuangan ketiga tokoh tersebut.

Meskipun terdapat tiga tokoh perempuan yang sama-sama disegani di Jepara, aku lebih suka menggunakan istilah "Kartini Muda" untuk menyebut generasi perempuan masa kini, khususnya perempuan Jepara. Menjadi Karini Muda bukanlah sesuatu yang mudah. Mengingat semangat Si Mbah Kartini pada masanya, paling tidak sebagai generasi penerusnya, kita harus mampu memiliki setengah dari semangat perjuangan tersebut. Cara yang paling mudah -meski bagi sebagian orang ini merupakan hal yang sulit untuk dilakukan- adalah dengan membaca. Jadikan kebiasaan membaca sebagai kegemaran dan dunia kita. Tidak hanya membaca tulisan dan buku saja, kita juga dituntut untuk mampu membaca lingkungan serta peka terhadap keadaan sosial di sekitar kita.

Kartini Muda juga harus memiliki kemauan kuat untuk maju, selalu mempebaiki diri, serta berani bermimpi untuk meraih cita-citanya. Dengan begitu, secara tidak langsung kita juga ikut andil dalam melakukan pembangunan, serta mendorong kemajuan Bumi Kartini kita untuk menjadi lebih baik dan "bergema di seluruh dunia", sebagaimana syair Mars Jepara yang biasa kita lantunkan.

Sosok Kartini Masa Kini

Ibu Mayadina Rohma Musfiroh, sosok kartini masa kini (versi penulis). Dikenal ramah, bersahaja, dan down to earth. (Photo: dokpri).


Bagiku, Sosok kartini adalah sosok perempuan yang patut dijadikan sebagai teladan dan role model bagi perempuan lain. Salah satu sosok yang menurutku tepat disebut sebagai Kartini masa kini adalah Ibu Mayadina Rohma Musfiroh, MA. Beliau adalah dosen sekaligus Dekan Perempuan pertama di Universitas tempatku belajar. Tepatnya di Fakultas Syari'ah dan Hukum Universitas Islam Nahdlatul Ulama' (UNISNU) Jepara. Beliau dikenal sebagai sosok aktivis dan intelektual perempuan yang teguh memegang prinsip dan memperjuangkan idealisme yang diyakini, yakni memperjuangkan hak-hak perempuan.

Untuk mencapai prinsip hidup dan idealismenya tersebut, Bu Maya (begitu beliau akrab disapa oleh mahasiswanya) aktif diberbagai organisasi serta kegiatan sosial. Mulai dari Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang digelutinya semasa kuliah, hingga menjadi ketua organisasi tingkat nasional seperti FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran). Bahkan beliau menduduki jabatan-jabatan strategis yang sangat jarang diduduki oleh seorang perempuan.

Bagi Bu Maya, seorang perempuan harus memiliki motivasi kuat untuk maju, tidak lelah untuk belajar apa saja, selalu meng-upgrade kemampuan diri, serta memiliki empati sosial dan mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan positif di masyarakat. Maka dari itu, penting untuk memberi akses dan peluang pada perempuan agar dapat berpartisipasi di berbagai bidang, seperti di bidang pendidikan, politik, ekonomi, serta budaya. Namun, yang terpenting dari semua itu adalah motivasi serta niat dari perempuan tersebut untuk meraih masa depan. 

Referensi:
  • Kabupaten Jepara dalam Angka 2016
  • Majalah Suara Unisnu
Tag : ARTIKEL, Lomba
4 Komentar untuk "Menjadi Kartini Muda di Bumi Kartini"

Bangga melihat banyak perempuan punya dedikasi thd lingkungannya. Selamat hari Kartini, Kartini muda dari bumi Kartini :)

Terima kasih bu Lusi...

Selamat hari kartini jg generasi penerus kartini :)

Selamat Hari Kartini
Salam Kenal.. senang bisa berkunjung..
ditunggu kunjungan baliknya ya

Salam kenal juga..
Terima kasih sdh berkunjung.. :)

Dan slmt hari kartini jg..

Back To Top