Rasulallah memegang dua jabatan, pertama menyampaikan kewajiban sebagai seorang suruhan Tuhan. Kedua bertindak selaku kepala kaum muslimin. Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata, tetapi kewajiban kedua, menurut pertimbangan kaum muslimin ketika itu perlu disambung oleh yang lain, karena suatu umat tidak dapat tersusun persatuannya jika mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada penggantinya atau yang disebut khalifah.
Rasulallah SAW tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau nampaknya menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya.
Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah Nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan. Khalifah ini terdiri dari empat orang sahabat Nabi. Di antara empat orang sahabat Nabi yang menjadi khalifah, yaitu: Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, atau yang sering disebut “Khulafaurrasyidin”.
Pada pembahasan “Sejarah Peradaban Umat Islam pada Masa Khulafaurrasyidin” atau yang disebut “Masa Kemajuan Islam I”, mulai dari masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar sampai masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
PENGERTIAN KHULAFAURASYIDIN
Menurut bahasa, Khalifah merupakan mashdar dari fi’il madhi khalafa , yang berarti : menggantikan atau menempati tempatnya. Menurut istilah adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW (570–632). Kata "Khalifah" sendiri dapat diterjemahkan sebagai "pengganti" atau "perwakilan". Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya. Sedangkan khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah edentitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain sebagainya.
Para Khulafaur Rasyidin itu adalah pemimpin yang arif dan bijaksana. Mereka itu terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad SAW yang berkualitas tinggi dan baik adapun sifat-sifat yang dimiliki Khulafaur Rasyidin sebagai berikut:
- Arif dan bijaksana
- Berilmu yang luas dan mendalam
- Berani bertindak
- Berkemauan yang keras
- Berwibawa
- Belas kasihan dan kasih sayang
- Berilmu agama yang amat luas serta melaksanakan hukum-hukum Islam.
Dalam sejarah Islam, empat orang pengganti Nabi yang pertama adalah para pemimpin yang adil dan benar. Mereka menyelamatkan dan mengembangkan dasar-dasar tradisi dari sang Guru Agung bagi kemajuan Islam bagi kemajuan Islam dan umatnya. Karena itu gelar “yang mendapat bimbingan dijalan lurus” (al-khulafa ar-rasyidin) diberikan pada mereka.
Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi'ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam.
Sahabat yang disebut Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat orang khalifah yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Peradaban Islam pada Masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
a. Kelahiran Abu Bakar as-Siddiq
Abu Bakar as-Siddiq mempunyai nama lengkap Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Mas’ud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr at-Taimi al-Quraisy. Dilahirkan pada tahun 573 M. ia merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwahkan. Sejak kecil ia telah mengenal keagungan Nabi Muhammad, maka tidak sulit baginya untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Pengorbanan Abu Bakar tidak dapat diragukan. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk Islam.
Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan pesan mengenai siapa penggantinya di kemudian hari sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan, di antara umat Islam ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi.
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandate yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat.
Tidak lama setelah Nabi wafat, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah itu berjalan cukup lama karena masing-masing pihak, baik Muhajirin maupun Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Namun, dengan semangat ukhuwah islamiyah yang tinggi, akhirnya Abu Bakar terpilih. Rupanya semangat keagamaan Abu Bakar mendapat penghargaan yang tinggi dari umat Islam, sehingga masing-masing pihak menerima dan membaiatnya.
b. Peran dan Fungsi Abu Bakar
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemerintahan Abu Bakar melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, baik kebijaksanaan dalam kenegaraan maupun pengurusan terhadap agama, di antara kebijaksanaannya ialah sebagai berikut:
- Kebijaksanaan pengurusan terhadap agama
- Kebijaksanaan kenegaraan: Bidang eksekutif, Yudikatif, dan Sosial ekonomi
Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulallah, bersifat sentral; kekuasaan legislate, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabatnya bermusyawarah.
c. Penyebaran Islam pada Masa Abu Bakar
Setelah berhasil menyelesaikan urusan dalam negeri, khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar mengirim tentara Islam di bawah pimpinan Khalid bin Walid dan Mutsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dari kekuasaan Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat front, yaitu Amr bin Ash di front Palestina, Yadid bin Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di fron Itims, dan Syurahbil bin Hasanah di front Yordania. Empat pasukan ini kemudian dibantu oleh Khalid bin Walid yang bertempur di front Syria. Perjuangan pasukan-pasukan tersebut baru tuntas pada masa pemerintah Umar bin Khattab.
d. Faktor Keberhasilan Khalifah Abu Bakar
Faktor keberhasilan Abu Bakar ialah dalam membangun pranata sosial di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya. Hal ini mendorong para tokoh sahabat, khususnya dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.
Adapun tugas-tugas eksekutif didelegasikan kepada para sahabat. Untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan di Madinah, ia mengangkat Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan dan Zaid bin Tsabit sebagai katib (sekretaris), dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan untuk mengurus baitul mal. Di bidang tugas kemiliteran, ia mengangkat panglima-panglima perang sebagaimana disebut di atas. Untuk tugas yudikatif, ia mengangkat Umar bin Khattab sebagai hakim agung.
Adapun kesuksesan yang diraih Khalifah Abu Bakar selama memimpin pemerintahan Islam dapat dirinci sebagai berikut:
- Keahlian Khalifah Abu Bakar dalam menghancurkan gerakan kaum riddat, sehingga gerakan tersebut dapat dimusnahkan dan dalam waktu satu tahun kekuasaan Islam pulih kembali. Setelah peristiwa tersebut solidaritas Islam terpelihara dengan baik dan kemenangan atas suku yang memberontak memberi jalan bagi perkembangan Islam. Keberhasilan tersebut juga memberi harapan dan keberanian baru untuk menghadapi kekuatan Bizantium dan Sasania.
- Ketelitian Khalifah Abu Bakar dalam menangani orang-orang yang menolak membayar zakat. Beliau memutuskan untuk memberantas dan menundukkan kelompok tersebut dengan serangan yang gencar sehingga sebagian mereka menyerah dan kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya. Dengan demikian Islam dapat diselamatkan dan zakat mulai mengalir lagi dari dalam maupun dari luar negeri.
- Melakukan pengembangan wilayah Islam keluar Arabia. Untuk itu, Abu Bakar membentuk kekuatan dibawah komando Kholid bin Walid yang dikirim ke Irak dan Persia. Ekspedisi ini membuahkan hasil yang gemilang. Selanjutnya memusatkan serangan ke Syiria yang diduduki bangsa Romawi. Hal ini didasarkan secara ekonomis Syiria merupakan wilayah yang penting bagi Arabia, karena eksistensi Arabia bergantung pada perdagangan dengan Syiria. Sehingga penaklukan ke wilayah Syiria penting bagi umat Islam. Tetapi kemenangan secara mutlak belum terwujud sampai Abu Bakar meninggal Dunia pada hari Kamis, tanggal 22 Jumadil Akhir, 13 H atau 23 Agustus 634 M. Dari penjelasan yang terurai diatas. Peradaban Pada Masa Abu Bakar Bentuk peradaban yang paling besar pada masa Khalifah Abu Bakar antara lain:
Penghimpunan Al Quran, Abu Bakar memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al- Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Dalam bidang pranata social ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan social rakyat dengan cara mengelola zakat, infak dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin. Abu Bakar menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih kurang 2 Tahun. Praktik pemerintahan Khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.
e. Peradaban pada Masa Abu Bakar
Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan al-Qur'an. Abu Bakar as-Shiddiq memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun al-Qur'an dari pelepah kurma, kulit binatang dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian al-Qur'an setelah syahidnya beberapa orang penghafal al-Qur'an pada perang Yamamah. Umarlah yang mengusulkan pertama kali penghimpun al-Qur'an ini.
Selain itu, pengabdian Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi beberapa tahapan, yaitu:
- Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat.
- Praktek pemerintahan khalifah Abu Bakar terpenting lainnya adalah mengenai suksesi kepemimpinan atas inisiatifnya sendiri dengan menunjuk Umar bin Khattab untuk menggantikannya.
Akhirnya, tatkala Abu Bakar merasa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah, dia ingin untuk memberikan kekhalifahan kepada seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khattab. Dia meminta pertimbangan sahabat-sahabat senior. Mereka semua mendukung pilihan Abu Bakar. Dia pun menulis wasiat untuk itu, lalu dia membaiat Umar. Beberapa hari setelah itu, Abu Bakar meninggal pada hari Senin tanggal 23 Agustus 634 M, ketika itu beliau berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 11 haris.
Peradaban Islam pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
a. Kelahiran Umar bin Khattab
Umar bin Khattab (583-644) yang memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nufail bin Abd al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin Razail bin ‘Adi bin Ka’Abu Bakar bin Lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar as-Shiddiq. Dia adalah salah seorang sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun Negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan, persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam banyak hal, Umar bin Khattab dikenal sebagai tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius.
Peranan Umar bin Khattab dalam sejarha Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayahnya, di samping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak merupakan penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa umar, Islam belum akan tersebar seperti sekarang.
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab termasuk di antara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk Islam. Dia adalah musuh dan penentang Nabi Muhammad SAW yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginannya untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Dia sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair dan tukang tenung.
Setelah umar masuk Islam, pada bulan Djulhijjah enam tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW, kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam. Bahkan, dia termasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.
b. Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai Khalifah
Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H, menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk Umar menjadi khalifah, yaitu:
- Kekhawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeret umat Islam jurang perpecahan akan terulang kembali, bila ia tidak menunjuk seorang yang akan menggantikannya.
- Kaum Anshar dan Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah.
- Umat Islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang. Sementara sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur di luar kota Madinah melawan tentara Persia di satu pihak dan tentara Romawi di pihak lain.
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi: ibu kota Syiria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Byzantium kalah di pertempuran Yarmurk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandaria, ibu kota Mesir, ditaklukan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M. Masul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir.
c. Peradaban pada Masa Khalifah Umar bin Khattab
Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khattab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku samapai sekarang adalah sebagai berikut:
- Kedudukan lembaga peradilan ( wajib di tengah- tengah masyarakat )
- Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya
- Samakan pandangan anda kepada kedua belah pihak, dan berlaku adillah.
- Kewajiban pembuktian
- Lembaga damai
- Penundaan persidangan
- Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal
- Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis
- Orang Islam haruslah berlaku adil
- Larangan bersidang ketika emosional.
Khalifah Umar bin Khattab menjalankankan roda pemerintahannya selama lebih kurang 10 Tahun. Wafat Khalifah Umar Setelah menjalankan pemerintahan selama sepuluh tahun yang penuh dengan kejayaan, khalifah Umar meninggal sebab kekejaman tangan seorang budak Persia yang bernama “Abu Lukluk” pada tahun 23 H/ 643 M. menurut Amir Ali,kematian Khalifah Umar merupakan duka besar bagi islam. Sungguh watak kepemimpinan Khalifah Umar yang sangat keras namun juga bijaksana cocok sebagai figure pemimpin bangsa Arab yang berwatak susah diatur. Ia tegak bagaikan benteng yang melindungi rakyatnya dari setiap serangan musuh. Sepeninggalan umar, kekuatan yang pernah mengancam kesatuan muslim muncul kembali seperti timbulnya paham kesukuan atau tribalisme dan beberapa kebiasan tak bermoral suku-suku badui mulai muncul kembali.
Umar bin Khattab memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibuuh oleh seorang budak dari Persia bernama Abu Lu’luah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang ditempuh Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih seseorang di antaranya menjadi khalifah. Eam orang tersebut adalah Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’aid ibn Abi Waqas dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
Peradaban Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan
a. Kelahiran Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abi al-Ash bin Umayah bin Abd al-Manat dari suku Quraisy. Lahir pada tahun 576 M. Enam tahun setelah penyerangan Ka’bah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulallah saw. Usman bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan Abu Bakar. Sesaat setelah masuk Islam ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia dijuluki ”udzun nurain” karena menikahi dua putri Rasulallah SAW. Secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan ummu Kulsum.
b. Proses pengangkatan Khalifah Utsman Bin Affan
Sebelum meninggal dunia, Umar telah memanggil tiga calon penggantinya, yaitu Utsman, Ali, dan Saad Bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat.
Di samping itu, Umar telah membentuk dewan formatur yang bertugas memilih penggantinya kelak. Dengan formatur yang telah dibentuk oleh Umar berjumlah enam orang, mereka adalah Ali, Utsman, Saad bin Abi Wqqash, Abd Ar-rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Zubaidillah, disamping itu, Abdullah bin Umar dijadikan anggota, tetapi tidak memiliki hak suara.
Masa pemerintahan Utsman Bin Affan termasuk yang paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah yang lainnya, yaitu selama 12 tahun : 24 -36 H / 644-656 M. Umar 10 tahun 13-23 H / 646-661 M. Abu Bakar 2 tahun 11-13 H / 632-634 M. Dan Ali 5 tahun 36-41 H / 656 - 661M. Awal pemerintahan Utsman, atau kira-kira 6 tahun masa pemerintahannya penuh dengan prestasi.
Pada separuh terahir masa kehalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa dikalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan umar. Ini mungkin umurnya berlanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut, akhirnya pada tahun 35H / 655 M, Umar dibunuh oleh kaum pemberontak yang tediri dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat yang kecewa terhadap kepemimpian utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi, yang terpenting diantaranya adalah Marwan Bin Hakam. Dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan penting, Utsman laksana boneka dihadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarga, Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan harta kekayaan Negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting, Utsman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air kekota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.
c. Peradaban pada masa Utsman Bin Affan
Karya besar momental kalifah Utsman adalah membubuhkan mushaf Al-quran, pembukuan ini didasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengahiri peradaban bacaan dikalangan umat islam dikaetahui pada saat ekspedisi militer ke Armenia dan Azerbaizan, pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang diketahui oleh Zaid bin Tsabit.
Adapun kegiatan pembangunan wilayah Islam yang luas itu, meliputi pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjhid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat. Semua jalan yang menuju Madinah dilengkapi dengan khafilah dan fasilitas bagi para pendatang. Masjid Nabi di Madinah diperluas,tempat persediaan air dibangun di Madinah, dikota-lota padang pasir, an diladang-ladang peternakan unta dan kuda,Pembangunan berbagai sarana umum ini menunjukan bahwa utsman sebagai khalifah sangat memperhatikan kemaslahatan public sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat.
Peradaban Islam pada Masa Ali bin Abi Thalib
Setelah Utsman wafat masyarakat beramai-ramai membaiat Ali Bin AbiThalib sebagai khalifah, Ali memeritah hanya enam tahun, selama masa pemerintahannya ia mengalami berbagai pergolakan, setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman, dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali, system distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana telah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah, dan terjadilah perang jamal (unta), perang itu terjadi karena Ali tidak mau menghukum Para pembunuh Utsman Ali berhasil mengalahkan lawannya.
Setelah berhasil mengalahkan pemperontakan Zubair, Ali bergerak dari kuffah kedamaskus, pasukannya bertemu dengan pasukan muawiyah di siffin, perang ini disebut perang siffin yang menimbulksn golongan yang keluar dari barisan Ali (Al-khawarij). Diujung masa pemerintahannya, umat Islam terpecah belah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu muawiyah, Syiah (pengikut Ali), Al-khawarij. Munculnya khawarij menimbulkan tentara yang semakin lemah, sementara muawiyah bertambah kuat, pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660) Ali terbunuh oleh seorang dari kelompok khawarij.
Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh Hasan selama beberapa bulan, karena Hasan lemah dan Muawiyah semakin kuat, Hasan membuat perjanjian damai untuk mempersatukan umat Islam kembali dibawah Muawiyah bin Abi Sofyan, Tapi perjanjian itu menyebabkan muawiyah menjadi panguasa absolut dalam Islam, Tahun persatuan itu disebut tahun jamah (am jamaah) dengan demikian berakhirlah kehalifahan rasyidin.
KESIMPULAN
Sejarah islam dapat dibagi kedalam periode kelasik, periode pertengahan dan periode modern,.Periode kelasik ini dapat pula dibagi kedalam dua masa, masa kemajuan Islam I dan masa disentigrasi. Pada masa kemajuan Islam I merupakan masa ekspansi, integrasi dan kemasan Islam.
Dalam hal ekspansi ,sebelum Nabi Muhammad saw wafat ditahun. 632 M. Seluruh semenanjung Arabia telah tunduk kebawah kekuasaan Islam, Ekpansi ke daerah-daerah luar Arabia dimulai pada zaman khalifah pertama Abu Bakar Assidik.
Abu Bakar menjadi khalifah ditahun 632 M tapi dua tahun kemudian meninggal dunia. Usaha-usaha yang telah dimulai Abu Bakar ini dilanjutkan oleh khalifah kedua, yaitu Umar bin Khatab, (634-644) dizamannyalah gelombang ekpansi tejadi.
Dengan adanya gelombang ekspansi pertama ini, kekuasan Islam dibawah kekuasaan khalifah Umar, telah meliputi semenanjung Arabia, juga Palestina,Suria. Irak, Persia dan Mesir.
Dizaman Utsman Bin Affan (644-656 M) tripolo eiprus, dan beberapa daerah lain dikuasai ,tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti disini. Dikalangan umat Islam dimulai terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan yang timbul Utsman mati terbunuh.
Sebagai penganti Utsman , Ali bin Abi Thalib, menjadi khalifah ke empat (656-661 M) tetapi mendapat tatangan dari pihak pendukung Utsman, terutama Muawiyah, gubernur damaskus dari golongan Talhah dan Zubair di Mekkah dari kaum khawarij Ali, sebagaimana Utsman mati terbunuh, dan muawiyah menjadi khalifah kelima, selanjutnya Muawiyah membentuk dinasti Bani Umayyah (661-750 M) dan ekspansi gelombang kedua terjadi dizaman dinasti ini.
Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode khulafaur rasyidin, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Mereka dipilih bedasarkan proses musyawarah (demokrasi).
Setelah periode ini pemerintahan Islm berbentuk kerajaan, kekuasan diwariskan secara turun temurun. Seorang khalifah pada masa khulafaur rasyidin tidak pernah bertindak sendiri ketika Negara mengalami kesulitan sedangkan khalifah-khalifah sesudahnya sering bertindak otoriter.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997)
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), Cet. Ke-5, Jilid I
Jamil Ahmad, Sejarah Kebudayan Dinamika Islam. Gresik:Putra Kembar Jaya, 2011.
H.O.S. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Jakarta : Tride, Cetakan I, 2003.
Prof. Ali. K, Sejarah Islam(Tarikh Pramodern), (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, cetakan ke-II, 1997.
Tag :
agama,
CONTOH MAKALAH
0 Komentar untuk "PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAURRASYIDIN"